ayah


Ayah, setiap hari harus berangkat kerja dari pagi hingga petang, sebagian lain bahkan pulang hingga tengah malam. Ayah ikhlas melupakan sepatunya yang rusak dan lebih memilih menyenangkan hati kita dengan membelikan kita makanan atau mainan. Ayah kadang lelah dengan pekerjaan di kantor namun setelah sampai di rumah hilang semua raut letih diwajahnya, dengan tersenyum ia langsung menggendong kita dan bermain bersama kita. Kadang baju ayah robek dan harus dijahit oleh ibu agar kita dapat sekolah atau makan, kadang juga ayah menahan lapar dan sibuk bekerja untuk siapa?, kadang ia harus tegas berprilaku pada diri kita agar kita kuat walau hati kecilnya menangis..itu untuk siapa?
Kadang seorang ayah harus kerja sampai larut malam tanpa memperhatikan kesehatannya, buat siapa?
Kadang juga ayah rela tak bekerja karena kita sakit walau telpon dari kantor berdering-dering dan tak tidur bergantian dengan ibu, itu buat siapa?
Seorang ayah rela mengorbankan kesenangannya, melupakan sepatu yang telah usang, melupakan keperluannya untuk membeli baju malah ada melupakan dan menahan lapar waktu siang hari karena ingin mewujudkan impiannya memiliki rumah atau dapat membelikan mainan permintaan anaknya atau untuk membayar biaya pendidikan kita agar kelak dapat membanggakan keluarga. 
Saat kita meminta mainan yang harganya mahal, seorang ayah biasanya menolak untuk membelikannya, dalam hatinya ia akan berusaha membelikannya tetapi nanti setelah uangnya cukup, hatinya perih jika permintaan anaknya tidak dapat dipenuhi olehnya, hatinya menangis dan menjerit sebuah permintaan yang sederhana dan mudah tak dapat dipenuhi olehnya, kadang ia memiliki uang tapi tak mau membelikannya karena supaya kita belajar bahwa tidak semua didapatkan dengan mudah walau kita saat balita tak mengerti pesan itu, melalui cara menabung di celengan ayam kita masukkan uang receh agar kita dapat mengumpulkan uang walau uang tersebut juga uang ayah kita, kita diajarkan untuk bersabar, bertahan dan tahu rasanya berusaha dan kecewa, padahal jika ia mau dapat saja ayah belikan. Seorang ayah jarang bercerita tentang perasaannya, ia ingin terlihat tegar dan kuat menghadapi dunia yang keras ini, rela berlama-lama bekerja mungkin juga hampir tak ada waktu untuk dirinya sendiri dan kadang mengabaikan kesehatannya demi keluarga agar bahagia secara materi, ia tak ingin anaknya tidak sekolah karena tidak memiliki biaya, tak ingin anaknya tak makan karena tak punya uang,  tak ingin anaknya “ditahan” di rumah sakit karena tak ada biaya, tak ingin anaknya sakit hati karena dikecewakan orang lain.
Walau lelah dan kita sering tak dekat dengan seorang ayah tetapi ada doa indah yang selalu terucap disetiap beliau habis sholat untuk anak-anaknya.
Seorang ayah jarang memperlihatkan kesedihan dan kegelisahannya malah lebih banyak terdiam sendiri sambil menikmati sebatang rokok yang asapnya menghilang ditelan angin, seorang ayah kadang tak banyak bicara, terdiam sendiri, matanya menerawang jauh ke awan, entah apa yang dipikirkannya. Kebutuhan anak-anaknya yang harus ia tanggung tanpa harus ceritakan kepada siapapun, ia simpan rasa kesalnya saat ia dimarahi oleh atasannya, ia simpan sakit hatinya karena dihina, ia simpan semua perasaannya untuk dirinya sendiri dan berjalan dengan gagah serta mengajarkan agar diri kita selalu kuat dan tak mudah menyerah. Sebuah tanggung jawab yang tak mudah, ia simpan rapat-rapat semua luka dan sedihnya sendiri, kadang ia tak mau berbagi kepada siapapun.
Apakah kita berbuat sama dengan ayah?
Seberapa peduli diri kita pada seorang ayah ?
Orang tua ikhlas jadikan kaki untuk kepala dan kepala untuk kaki karena apa dan untuk apa?
Karena mereka sangat mencintai Anda……
Tahukan kita bahwa tiada yang mereka inginkan didunia ini selain melihat kita bahagia…
Seringkali ketika sudah menikah dan memiliki anak, orang tua kita menjadi prioritas yang kesekian. Bila diasumsikan sebuah ruang tunggu, mungkin Anak, Istri, Kerjaan, Teman-teman yang akan menempati urutan 1,2,3,4…baru kemudian orang tua masuk daftar tunggu kita.
Kadang semakin orang tulus dan ikhlas menyayangi kita, semakin kita merasa ‘longgar’ menyayangi mereka. Kita menganggap merekalah yang harus mengerti kondisi kita.
Tidak percaya?
Bayangkan bila saat ini ada client, partner, bos atau teman yang ingin bertemu untuk berbicara bisnis hari minggu besok, seberapa besar kemungkinan kita bilang tidak?
Atau bayangkan apabila Anak kita sakit panas dan menggigil sepanjang malam, seberapa besar kemungkinan kita tidak membawanya ke rumah sakit malam itu juga?
Kemudian apabila sudah satu minggu kita tidak menelpon Ibu/Bapak atau berkunjung ke rumahnya, seberapa besar kemungkinan kita kerumahnya malam ini pulang dari kantor?
Mungkin sebagian kita berkata, ya aku akan kerumah ibu malam ini pulang kantor, namun aku yakin bila kita jujur pada diri sendiri, maka sebagian besar akan menjawab pertanyaan terakhir dengan berbagai alasan, tunggu weekend aku ya, aku sudah capai hari ini, jauh dan malam ini kerumah ibu pasti macet dll.
Inilah bukti bahwa orang tua Anda telah menempati prioritas kesekian dalam hidup kita sendiri. 
Ebook Berisi pengalaman tentang hal-hal yang kadang kita lupakan saat kita sibuk dengan pekerjaan dan bisnis kita, apakah hal yang kita lupakan? Ebook Sisi lain Yang Terlupakan di playstore,  Sisi Lain yang Terlupakan getscoop.com.




tag: Cara untuk hidup bahagia, ebook, e-book gratis, tips, tips kehidupan, tips menjalani kehidupan, tips keharmonisan keluarga, keluarga, ayah, ibu, anak, pacar, cinta, sex, hidup, handphone, gratis, playstore, game, sukses, sukses kehidupan, islam, muslim, ahok, pemilu, uang, gratis, murah, meriah, uang, cara untuk hidup sukses, tulisan, pengalmaan, sharing, berbagi, indah, foto, pemandangan, cerita, kehidupan, cerita sukses, ,indonesia, keluarga, harmonis, islam, muslim, allah, god, tuhan

Komentar

Postingan Populer