Pernahkah Anda berterima kasih kepada diri Anda?
Berterima kasih kepada diri
kita sendiri merupakan pertanyaaan aneh, tetapi akan terasa jika kita
mengabaikan diri kita sendiri. Tubuh kita di aliri oleh darah, jantung dan
paru-paru yang membawa oksigen dan makanan keseluruh tubuh. Selain itu kita
memiliki sepasang telinga, hidung, mata, kaki, tangan serta jari-jari yang
sempurna.
Jika salah satu bagian diri
kita sakit karena kita tidak menjaga kesehatan dengan baik maka seluruh tubuh
pun akan merasakan sakit. Banyak orang yang sudah tahu bahwa sehat itu adalah
anugrah yang tak terhingga, namun tahu bukan berarti kita sudah bersyukur.
Kadang rasa tahu ini sudah menjadi hal yang biasa sehingga menjadi sesuatu yang
sudah seharusnya (given). Kita merasa
sehat adalah milik kita, seperti halnya nafas, makan, minum menjadi sesuatu
yang tidak kita fikirkan hadirnya secara sadar.
Aku banyak bertemu dengan
teman yang bercerita tentang pentingnya sehat, aku yakin andapun begitu. Namun
ijinkan aku berbagi kisah seorang kawan lama. Kawan aku ini orang tuanya sangat
berkecukupan, apapun yang diinginkan insyaallah bisa didapat. Keluarga yang
sakinah, karier yang cemerlang dan bahkan mereka bolak balik tinggal di luar
negeri seperti apabila kita pergi ke Jakarta-Bogor, intinya harta sepertinya
bukan masalah buat mereka.
Suatu ketika, mereka
sekeluarga berlibur ke Bangkok Thailand, kebetulan ayah kawan aku ini (aku
panggil Paman) ingin reuni dengan kawan-kawan lamanya disana. Paman ini adalah
pekerja keras, sangat disiplin baik waktu maupun kesehatannya. Semua terlihat
lancar sampai suatu pagi di Bangkok, Paman tiba-tiba tidak bisa bergerak, dia
tidak bereaksi dan tidak bisa berkata apa-apa.
Rupanya paman terkena stroke, separuh badannya tidak bisa digerakkan.,
seluruh memori Paman hilang, bahkan tidak mampu berbicara.
Saat itu, dunia serasa
runtuh untuk keluarga Paman. Paman yang tadinya segar bugar, tumpuan keluarga,
menjadi tak berdaya sakit di negeri orang. Harta yang dikumpulkan Paman di beberapa
Bank tidak bisa di akses dari Bangkok karena Paman tidak pernah menceritakan
PIN maupun dimana saja beliau menaruh tabungannya.
Kawan aku bilang, saat itu
semua menjadi seperti tidak berarti. Dengan menangis dia bercerita, dia
menyesal tidak menghabiskan waktu lebih banyak dengan ayahnya, adik-adiknya
menyesal tidak pernah mau diminta tolong menemaninya olah raga. Aku yakin,
penyesalan akan menghinggapi seluruh anggota keluarga. Hanya karena sakit,
hidup semua orang disekitar kita akan berubah.
Bila suatu hari Anda
menjadi seperti Paman, masih bisakah kita dan keluarga menikmati jerih payah kita
selama ini?
Apa gunanya rumah indah yang
kita bangun selama ini? Apa gunanya mobil yang anda bangga-banggakan? Apa
gunanya posisi, jabatan, karir yang selama ini kita kejar?
Paman kehilangan
pekerjaannya, perusahaan tempat Paman bekerja bahkan menarik semua fasilitas
yang Paman dapatkan, bukan cuma gaji, tunjangan, jabatan yang ditarik, laptop,
tas ransel bahkan uang gaji yang paman dapatkan diminta kembali oleh perusahaan
tersebut…..
Mari sahabatku, Sebelum
semua terlambat, berhentilah sebentar dari kesibukan kita, sempatkan sebentar
untuk memahami tubuh, bicaralah dengan tubuh, katakan betapa berterimakasihnya
kita kepada tubuh yang menopang ruh kita.
Berhentilah sebentar untuk
merasakan apa yang tubuh Anda butuhkan, puasakan sejenak nafsu anda mengejar
dunia dan berikan apa yang menjadi haknya.
Sebentar saja,
berterimakasihlah….
Komentar