Berbagi waktu ?

Kesibukkan dan waktu berlari dengan cepat, kita terus berusaha untuk mengejarnya, semakin di kejar terasa semakin cepat kita berlari dan berlari, sedetik seakan cepat sekali, semua kesibukkan seakan melelahkan. Target dan target terus ada dibenak kita, tanggung jawab dan nasib anak buah di tangan kita, semakin membuat kita terkondisi untuk mengejar waktu.

Setiap pagi kita telah di sibukkan dengan kemacetan dan ketidak sabaran, sampai-sampai kadang sebuah pengertian untuk memberi jalan kepada kendaraan lain tidak kita berikan, waktu dan waktu terus berjalan, ada yang bilang “waktu adalah uang”, uang adalah alat pembayaran untuk memenuhi kebutuhan kita mungkin juga suatu tujuan bagi sebagian orang, sehingga tak ada uang abang tak disayang.
Kesibukkan kita kadang tak memberikan sebuah pilihan, di kejar atau mengejar. Seakan waktu cepat berlalu. Seluruh energy diri kita sering habis dengan keadaan dan waktu yang tak bersahabat, kemarahan, keinginan untuk sempurna dan mencapai target terus yang ada di otak kita, seakan semua itu utama untuk diri kita. Kadang sehari di Jakarta, besok di Semarang atau di kota lain, naik pesawat dan turun pesawat, seakan itu merupakan suatu kebutuhan dan target yang harus kita capai. Tetapi bagaimana nasib keluarga yang ditinggalkan?, bagaimana tubuh kita?, bagaimana anak kita? dan bagaimana diri kita?

Cicilan rumah, mobil dan kartu kredit membuat kita harus mendapatkan uang dan mengejar uang, seakan otak kita penuh dengan kata uang..uang dan uang, senang..senang dan senang, tetapi pernahkah kita bersyukur ?
Rumah satu tambah satu lagi, mobil satu tambah lagi, motor satu ganti lagi, baju dan kerudung berbagai merek dan membuat lemari tak muat, sepatu yang satu ganti dengan sepatu yang lain, itu yang kita kejar sehingga kita rela pindah dari kota ke kota yang lain, sehingga kita tinggalkan anak dan istri, atau karena tugas dan amanat dari kantor.
Kita membutuhkan pekerjaan dan jika kita memilih maka kita tak akan kerja asalkan uang sudah berlimpah, tetapi apakah saat uang berlimpah kita akan berhenti bekerja dan menikmati kehidupan dengan keluarga?
Hutang membuat kita terbelenggu dan membuat kita tergadaikan, seakan tujuan kita untuk memenuhi dan membayar hutang saja, otak seakan berputar setiap detik untuk menghasilkan uang. Sebuah kebebasan tak lagi indah saat hutang ada dibenak kita, tetapi jika tak berhutang untuk punya rumah, apakah kita akan punya rumah?, jika kita tak berhutang untuk punya mobil, apakah kita akan punya mobil?, saat memiliki rumah dari berhutang maka diri kita akan berusaha mencari usaha lain untuk memenuhi kebutuhan kita karena gaji telah habis untuk berhutang, saat seperti itu apa saja yang telah kita korbankan, apakah keluarga kita sanggup menjalaninya?, apakah keluarga setuju?, apa yang ada di benak kita ?

Sebuah kesibukkan diri yang kadang membuat kita lupa akan orang lain, keluarga dan hal-hal seperti kesehatan, sedekah atau nasib orang lain dibawah kita. Kesibukkan dan pekerjaan malah kadang membuat kita lupa akan Allah SWT yang telah menciptakan diri kita serta orang tua yang telah membesarkan dan melahirkan. Seakan waktu kita dipenuhi dengan target-target dan kesibukkan pekerjaan yang tak ada habisnya, tetapi itulah dunia yang begitu mengasikkan dan menggiurkan sehingga kita lupa dengan apapun juga, kita rela bertemu dengan orang sampai larut malam atau kita berbicara dengan klien untuk mendapatkan deal bisnis sehingga lupa bahwa ada orang yang menunggu di rumah dengan penuh kasih sayang dan ingin dibelai atau anak yang masih ingin bermain dengan kita orang tuanya. Seakan hal tersebut tak menjadi prioritas dalam hidup kita, deal bisnis dan kesibukkan kita seakan membuat kita lupa dan hanya harapan pengertian dari orang yang kita sayangi agar mau mengerti diri kita. Kesehatan dan kelelahan diri juga terabaikan karena ingin mengejar sesuatu yang ujung-ujungnya adalah empat huruf yang kadang begitu kita cintai.


Dapatkan ebook "15 menit mengenal diri sendiri gratis di Disini


Komentar

Postingan Populer